"Being Fearless doesn't mean being not afraid at all, it means being afraid but you jump anyway"
Saturday, March 31, 2012
Thursday, March 29, 2012
Share some Photos~ :D @GoetheInstitute
ini ketika aku, Alifa, Annisa, dan Dea berkunjung ke Goethe Institute
dalam sebuah acara South To South Film Festival
kalo ga salah pada hari Minggu, 26 Februari 2012
haha! d:
Salaammm~!! :D
dalam sebuah acara South To South Film Festival
kalo ga salah pada hari Minggu, 26 Februari 2012
haha! d:
![]() |
Uni Nisa, Akuuu, dan Dea |
![]() |
Aku dengan sebuah buku kumpulan dongeng. isinya cuma ilustrasinya aja, dan keren banget, so, I Love It Sooo Much :D |
![]() |
Aku dan Alifa, sedang menonton video ditelevisi yang tersedia(?) |
![]() |
Adiknya Miss Rani :D (maapgataunamanya) |
![]() |
Miss Rani dengan Mama Aleta!!! (enpi miss ranii-.-) |
![]() |
BERSAMA-SAMAA |
![]() |
Aku dengan Mama Aleta!!! cartoon version._. haha, no matter! d: |
Salaammm~!! :D
DILEMAAAAA :D (?)
Mereka adalah BoyzIIBoys, dan bagi saya mereka kece abiisssss(?)
mereka nyanyinya 'slengean' cuma kerreennn bangetttt waaaa,
now,
CHECK IT OUT! :D
ahaha :D sangat menghibur pas lagi dilema beneran #abaikan :p haha
mereka nyanyinya 'slengean' cuma kerreennn bangetttt waaaa,
now,
CHECK IT OUT! :D
ahaha :D sangat menghibur pas lagi dilema beneran #abaikan :p haha
Sunday, March 25, 2012
Tersiksa
terlalu menjaga pertahanan, bikin nyesek.
dan... tiba-tiba..
sesuatu dibawah dada kiri (tapi bukan perut) terasa sakit. sakit banget.
jadi sesak.
dan..sulit untuk bernafas.
ini ada apa?
kemudian.. sesuatu kembali terbesit dipikiranku, membuat rasa sakit ini makin menjadi.
jantungkah?
karena.. rasa sesaknya sama dan makin jelas.
ya Allah... ampuni hamba.. :'(
sakit... :'''
dan... tiba-tiba..
sesuatu dibawah dada kiri (tapi bukan perut) terasa sakit. sakit banget.
jadi sesak.
dan..sulit untuk bernafas.
ini ada apa?
kemudian.. sesuatu kembali terbesit dipikiranku, membuat rasa sakit ini makin menjadi.
jantungkah?
karena.. rasa sesaknya sama dan makin jelas.
ya Allah... ampuni hamba.. :'(
sakit... :'''
#Abaikan
gini yah, rasanya semakin tumbuh besar.
dari fisik maupun psikis. pas ga kerasa, ga kerasa banget. pas kerasa, kerasa banget #abaikan
kita semakin ngerti banyak hal. hidup. cinta. sahabat. argh.
dan sekarang... menghadapi masalah tuh kayanya ribet banget.
kita udah ngerti untuk mikirin bagaimana kedepannya, akibatnya, efeknya, dampaknya--#samaaja-_-
hah, sesuatu.
P.S :maaf yah, gajelas. ini cuma efek stress karena terkena masalah aja-_-V
dari fisik maupun psikis. pas ga kerasa, ga kerasa banget. pas kerasa, kerasa banget #abaikan
kita semakin ngerti banyak hal. hidup. cinta. sahabat. argh.
dan sekarang... menghadapi masalah tuh kayanya ribet banget.
kita udah ngerti untuk mikirin bagaimana kedepannya, akibatnya, efeknya, dampaknya--#samaaja-_-
hah, sesuatu.
P.S :maaf yah, gajelas. ini cuma efek stress karena terkena masalah aja-_-V
Saturday, March 24, 2012
A Little from Me
do you have a best friend, that makes you feel happy, comfortable cause you've been understood, always cheer you up when you're down, always there to hear your story, and makes you feel don't ever want to lose them. do you have a best friend like that?
I do. but I lose my best friend. who make me? Reality of course. (well, I believe that AllahSWT and Reality had have a complicated conversation, and finally doing this to me).
Hmm, honestly, I have never, ever, felt this feelings before.
Now, I tell you. If you have a best friends and you don't want to lose them, keep them. don't ever hurt them. say sorry if sometimes you annoy them, cause maybe they don't like it. say thank you for always there for you. And, keep their secret (cause they have believed in you)
well, I know, saying those "words" to people who knows who you really are might be awkward. but, if you trying that's maybe so cool. and it'll be cooler if your best friends are crying.
I do. but I lose my best friend. who make me? Reality of course. (well, I believe that AllahSWT and Reality had have a complicated conversation, and finally doing this to me).
Hmm, honestly, I have never, ever, felt this feelings before.
Now, I tell you. If you have a best friends and you don't want to lose them, keep them. don't ever hurt them. say sorry if sometimes you annoy them, cause maybe they don't like it. say thank you for always there for you. And, keep their secret (cause they have believed in you)
well, I know, saying those "words" to people who knows who you really are might be awkward. but, if you trying that's maybe so cool. and it'll be cooler if your best friends are crying.
Saturday, March 10, 2012
Kehadiran Bintang II #Chapter2
"ma, Adrian dikasih tau ginian ngga ma?"
"beginian apa?" Mama Rangga balik bertanya.
Mama dan Rangga sedang makan siang di kantin Rumah Sakit. Tiara tertidur di kamarnya.
"yang kita berubah peran," kata Rangga. "yang mama jadi mamanya Vlita, eh Tiara, terus aku yang jadi kakaknya"
"oh.. ya kasih tau aja. kenapa enggak?" jawab Mama Rangga.
"kasih tau? nanti dia pasti shok lha ma!"
"lho? ya kalau memang begitu kenyataannya gimana?" Mama Rangga heran.
"yaa.. iya sih. terus kalo dia tanya kenapa gimana?" Rangga bertanya lagi.
"kasih tau aja semuanya. dan kasih tau tentang mama dan adiknya Tiara" kata Mama lagi.
Rangga tertegun sebentar. tiba-tiba, HPnya berbunyi.
"panjang umur," gumam Rangga kemudian mengangkat telphon. "halo?"
"halo bro. kapan kesini?" suara Adrian bertanya.
"hm.. ngga tau juga deh. ntar dikasih tau kok.." jawab Rangga.
"ya udah, yang penting jangan pas liburan udah mau abis yak. tinggal seminggu lagi, lho" Kata Adrian.
"oh, okelah"
"oke, dah" klik. telephon ditutup.
"ma, nanti Rangga sama vlit..Tiara sekolah dimana ma?" Rangga merutuki diri sendiri karena belum terbiasa dengan nama baru Vlita. Mama Rangga tersenyum maklum.
"gampang.. mama udah urus semuanya. tenang aja" jawab Mamanya santai.
"kapan mama ngurusnya? mama kan ada sama aku dan Tiara terus"
"haha, bukan mama sih yang ngurus semuanya," mamanya tertawa kecil. " mama punya orang terpercaya yang bisa dimintai tolong untuk mengurus semua itu"
"oh.. yaudah."
Rangga mulai membayangkan kehidupan barunya di Bandung nanti. awalnya ia hanya membayangkan betapa kesepiannya ia di Bandung, tapi karena sekarang anggota keluarganya bertambah, ia tidak berpikir akan kesepian lagi.
Rangga tersenyum lagi mengingat sekarang ia menjadi seorang kakak bagi cewek yang dulu membuatnya senang. yaa walaupun ada yang mengganjal tentang hal itu, setidaknya dia bisa sering bertemu dengan cewek itu. Tiara.
"hei, habisin makanannya. jangan senyam-senyum terus.." mama Rangga tersenyum geli melihat anaknya.
Rangga mendongak menatap mamanya yang sedang tersenyum menatapnya. alisnya terangkat sebelah.
Selesai makan, mama dan Rangga kembali ke ruang rawat Tiara.
Tiara tidak ada di kasurnya.
"ma, Tiara man.." sebelum Rangga menyelesaikan pertanyaannya, ia melihat Tiara sedang berdiri didepan jendela yang terbuka. pandangannya lurus kedepan.
Tiara menoleh melaluli bahunya sebentar.
"kamu ngapain?" Rangga menghampirinya dan berusaha mengikuti arah pandang Tiara.
jendela ruang rawat itu menghadap ke taman belakang RS. ada seorang gadis duduk di kursi roda, disamping kanan kirinya terlihat seorang wanita setengah baya dan ada seorang anak laki-laki yang masih kecil.
ketiga orang yang di perhatikan Tiara sejak tadi masih terus bercanda dan tertawa riang.
"hei, ngeliatin apa adek?" Tanya Rangga sekali lagi.
"hah?" Tiara menoleh. "ngga kok. udah selesai makannya?" tanya Tiara balik.
alis Rangga terangkat sebelah, "udah kok, kamu ngapain jalan-jalan dari tempat tidur? kamu masih sakit, mending istirahat aja deh.." Rangga menggandeng sikut Tiara.
"apa? aku udah sehat kok. buktinya aku udah bisa jalan kan kesini? yee.. lebay"
"lebay gimana? kamu kan masih harus banyak istirahat, biar cepet keluar dari rumah sakit"
"kapan keluarnya? sekarang aku udah sehat aja masih belum keluar dari rumah sakit"
"ya karena kamu itu bandel. coba kamu bener-bener istirahat di kasur, pasti kamu langsung dianggap sehat dan langsung keluar"
"loh? justru kebalik dong, ka. kalo udah bisa jalan-jalan yang dianggap sehat. masa dikasur yang dianggap sehat?"
"aduh udah deh, kamu ikutin aja apa kata kakak, oke?"
"bosen tau kak.." Tiara mendongak menatap Rangga.
"ya.. gimana. belum tentu kata dokter kamu boleh jalan-jalan. kalo kata dokter boleh, ya kakak ajak kamu jalan-jalan"
"bener ya? jalan-jalan kemana?"
"tuh. taman yang ada dirumah sakit" Rangga menunjuk taman melalui jendela dengan dagunya.
"yah..." Tiara melengos. "kak?" panggil Tiara menatap kakaknya lagi.
"hm?" Rangga balas menatap adiknya.
"kita sering berantem ya?" tanya Tiara polos.
"hahah, lebih tepatnya, berdebat.." Rangga tersenyum. ia menuntun Tiara kembali ke tempat tidur.
Mamanya tiba-tiba masuk ke ruang rawat Tiara, "sayang, lusa kamu udah boleh keluar dari rumah sakit" kata mamanya menatap Tiara.
"bener ma? asiiik..." wajah Tiara berseri-seri.
"mama dari mana ma?" tanya rangga.
"habis ngurus administrasi" jawab mamanya singkat.
***
"Yan, Vlita mana sih?" Agha bertanya pada Adrian.
Agha dan Adrian sedang berleyeh-leyeh dikamar Agha. Adrian berjalan ke sisi ruangan, mengambil gitar Agha.
"Vlita? aku juga belum ngeliat dia lagi. aneh ya, kemana dah tuh anak" Adrian membuka tempat gitar Agha, dan mengeluarkan gitar darisana. dia mengambil posisi memainkan gitar.
"iya, mama sama adiknya juga ga keliatan. rumahnya selalu sepi, malah kalau malem aja lampu depan ga ada yang dinyalain.. kayak rumah kosong.." kata Agha lagi.
"udah dari beberapa hari yang lalu ya?" Adrian memainkan gitar Agha asal-asalan. selain karena ia tidak bisa memainkan gitar, ia juga sedang berpikir kemana tetangga yang menghuni rumah disamping rumahnya.
pikiran Agha mulai melantur kemana-mana, masa Vlita pindah? ga mungkin.. kok dia ga ngasih tau? atau.. dia nginep di rumah saudaranya? tapi.. bukannya dia ga punya saudara? kakek-nenek dari mamanya kan udah meninggal, dan mamanya anak tunggal, dimana dong dia? ga mungkin kan kalo dia.. ah, ga mungkin. Agha buru-buru menghapus bayangan ada sesuatu yang terjadi pada Vlita.
Agha menoleh ke sebuah suara sumbang yang dihasilkan oleh Adrian, "woii, berisik tauu!"
"he?" Adrian seolah tersadar dari lamunannya. "yaelah, sori, kaga sadar saya juga"
Vlita kemana sih? ga ngasih kabar. aneh. ckckck... batin Adrian.
"gimana kalo dalam perjalanan Vlita sama mama dan adiknya kecelakaan? terus Vlita hilang ingatan? terus.. mama sama adiknya.."
"hussh!" sela Adrian. "ngomong apaan sih?! mau mereka kayak gitu? udah deh, jangan mikir yang macem2!"
"ya.. kan cuma menyuarakan yang ada di otak saya.."
"bikin takut orang aja" gumam Adrian.
"apa?"
"nggak" jawab Adrian. "oh iya, sodaraku udah ada di Jakarta, lho. si Rangga"
Agha mengangkat kedua alis, kaget dengan pembelokkan arah pembicaraan. "Rangga? oh... dia udah di jakarta? kok nggak kesini?"
"nggak tau juga. dia gak ngasih tau kenapa." jawab Adrian. "lagipula, dia bukan liburan ke Jakarta. tapi pindah.."
"pindah? dari Texas terus sekolah ke Jakarta? weleh.. ckckck.."
"bukan Jakarta. Bandung.." kata Adrian memetik keenam senar gitar Agha yang masih ditangannya.
"Bandung? lha.. kenapa bandung? kenapa nggak sama kayak kita aja? kan seru kalo satu sekolah.." kata Agha.
"kan mamanya ada butik yang harus diurus di Bandung, jadi mau gak mau ya.. dia ikut tinggal di Bandung" jelas Adrian.
"ohh..." Agha manggut-manggut. ia menoleh lagi ke arah Adrian, "yaampun, sini deh, saya ajarin mainnya! gak enak banget denger kamu main," Agha merebut gitarnya dari tangan Adrian.
"hahaha, biarin.."
***
siang kini berganti sore..
"Rangga, kamu nggak ngajak adik kamu jalan-jalan? disekitar taman rumah sakit aja.." kata mamanya tiba-tiba.
Tiba-tiba Tiara tersenyum dan alisnya terangkat. ia melirik Rangga.
"hah?" Rangga mendongak. ia menatap Tiara yang sedang menatapnya juga dengan senyum kemenangan. Rangga mendengus pelan. "emangnya dia boleh jalan-jalan ma?"
"kata dokter boleh kok.. malah dianjurkan, biar dia bisa menghirup udah segar" jawab mamanya.
"yah.. udara segar mah enaknya pagi-pagi. besok pagi aja ya ma? Rangga lagi males.." Rangga merosot di sofa ruang rawat itu, menutupi wajahnya dengan buku.
"yah.. kakak mah curang! katanya kalo kata dokter boleh, aku boleh jalan-jalan! kan sekarang udah dibolehin.." sahut Tiara.
"siapa yang bilang kamu nggak boleh jalan-jalan sekarang? kamu boleh kok, tapi aku males. kalo mau jalan-jalan, ya udah.. sendiri aja.."
"yaudah," Tiara bangkit dari tempat tidurnya, ia baru memiringkan tubuh sedikit untuk turun dari tempat tidurnya.
"eh.. Rangga!" mamanya memelototinya.
Rangga mendesah kemudian bangkit dari sofa dan berjalan ke Tiara yang hampir menapak dilantai.
"katanya aku sendiri aja!" kata Tiara.
"emang kamu kira aku beneran ngomong kayak gitu? aku gak setega itu kali" Rangga memegangi sikut kanan dan sikut Tiara, menuntunnya berjalan.
"aku bisa jalan sendiri kak.." kata Tiara.
"nanti kamu jatoh.." Rangga tetap memegangi sikutnya.
"ckckck, Rangga.. segitu khawatirnya sama adik kamu ya? kayaknya kamu gandeng tangan dia juga udah cukup kok.. kaki dia kan masih bisa bergerak tanpa harus kamu tuntun.." mamanya tersenyum geli.
Rangga memberenggut. ia melirik adiknya yang menatapnya dengan ekspresi geli. Rangga meleapskan genggamannya. "yadeh yadeh... kan mencegah lebih baik daripada mengobati." ia membetulkan posisi kaca matanya, kemudian menggandeng tangan kanan Tiara.
"hahaha.. ternyata kakak bisa baik juga.. ehehe.." Tiara nyengir.
"he? apa maksudnya? jadi selama ini kakak nggak baik gitu sama kamu?" tanya Rangga. kini mereka jalan dikoridor rumah sakit yang banyak orang berlalu lalang.
"kakak baik sih.. tapi kakak itu jutek. cuek. kadang-kadang nyebelin malah!" cerocos Tiara spontan.
"ya.. bukan kakak kamu kalo nggak kayak gitu, heheh.." Rangga malah membalasnya dengan seringai lebar.
akhirnya, mereka sampai ditaman belakang rumah sakit. banyak pasien yang sedang berjalan-jalan. atau ada yang berusaha disuapi makanan oleh suster disampingnya. dan ada pasien yang sedang duduk di kursi roda, sendirian.
Tiara melangkah keseseorang yang duduk di kursi roda. entah apa yang membuatnya berani untuk menyapa anak laki-laki yang sebaya dengannya itu, "hai! ngeliatin apa?"
Rangga heran tiba-tiba Tiara tidak ada disampingnya, begitu mengedarkan pandangan, ia menemukan adiknya sedang berhadapan dengan seseorang yang duduk di kursi roda. Rangga buru-buru menghampirinya.
"Ti.." Rangga menghentikan ucapannya.
Tiara memiringkan kepala melihat orang yang diajaknya bicara diam saja, ia mengibaskan telapak tangan didepan wajah laki-laki itu. "hellooo? kamu nggak tuli kan? kamu lagi ngeliatin apa?"
matanya menatap lurus kedepan. namun, tatapannya kosong. ia bergeming.
"heloooo? ada orang nggaaak? bisa denger kaaann?" Tiara mengecangkan volumenya.
Rangga menepuk dahinya sendiri, tapi ia urung untuk menjauhkan Tiara dari sana.
"aku nggak tuli" tiba-tiba anak laki-laki itu bersuara. laki-laki itu seumuran dengan Tiara. poni rambutnya menutupi alis, dan rambutnya terlihat sangat tipis. garis wajahnya menunjukkan bahwa anak laki-laki itu adalah orang yang lucu, namun saat ini wajah itu tidak menunjukkan ekspresi apa-apa.
"oke, karena kamu tadi ngomong, berarti kamu nggak bisu. kirain kamu bisu, lagian gak ngomong-ngomong..." kata Tiara.
"aku nggak buta" anak itu bersuara lagi.
"ha? siapa yang bilang kamu buta? aku juga nggak nanya kamu buta atau nggak.."
Tiara berhenti berbicara saat anak laki-laki itu menatap ke matanya dengan tajam.
"ehm.. kalo gitu.. namaku Tiara, nama kamu siapa?" suara Tiara kembali ceria lagi dan mengulurkan tangannya ke arah laki-laki itu.
"Raynald"
Rangga mengangkat alis. dan senyum kecil tersungging dibibirnya.
"Raynald.. hm.. nama yang bagus" Tiara menarik kembali tangannya yang tidak dibalas oleh Raynald. "kaki kamu kenapa? sampe kamu harus duduk dikursi roda segala.." tanya Tiara.
"kakiku gapapa." jawab Raynald cepat.
"terus? kok duduk dikursi roda? emang kamu sakit apaan sih?" Tiara menggaruk-garuk kepalanya, heran.
"tumor otak"
Rangga terperanjat, makin memperhatilan.
"tumor otak?" Tiara memiringkan kepalanya. "kak, tumor otak itu penyakit apa? otaknya kenapa?" tanya Tiara pada Rangga.
"nanti kakak jelasin, ya?" Rangga hanya menjawab singkat.
"Raynald raynald, umur kamu berapa?" Tiara bertanya lagi.
"tahun ini 14"
"berarti... kamu masih 13 dong? aku juga tahun ini 14.. hehe, kita seumuran!" sahut Tiara ceria.
Raynald bergeming.
"Tiara.. balik yuk, mama pasti nungguin. besok baru kita kesini lagi.." Rangga bersuara.
"yah.. yaudah deh.." Tiara bangkit dari jongkoknya. "Raynald, kamu keluar rumah sakit kapan? aku lusa. jadi besok hari terakhir aku disini," Tiara berbicara lagi kepada Raynald.
"aku belum tau" jawab Raynald.
"ya udah.. besok pagi kesini lagi ya, kita ngobrol-ngobrol lagi. kan enak kalo ada temen sesama pasien, hehe. yaudah, sampe ketemu besok ya, Raynald.. dahh" Tiara melangkah melewati Raynald. Rangga menggandeng tangannya lagi, kemudian berjalan memasuki Rumah Sakit.
Raynald tetap menatap lurus kedepan. Tiara.
seulas senyum tersungging dibibirnya, senyum kecil. Tiara.
kenapa ada orang yang ingin berteman dengannya? kenapa ada yang masih mengajak bicara saat ia tetap bergeming ketika orang itu menyapa? kenapa gadis itu tetap ramah terhadapnya? cewek yang aneh.
sepertinya besok pagi ia akan meminta diantarkan kesini lagi.
Tiara dan Rangga kembali melewati koridor yang mereka lewati tadi.
"kak, jadi tumor otak itu apa?" Tanya Tiara.
"gini, tumor otak itu.." Rangga menjelaskan sesuai yang ia ketahui. Tiara mengangkat sebelah alis. tetap tidak mengerti.
"yah.. ngeliatinnya biasa aja dong.. kalo kamu masih belum ngerti, kamu tanya aja sama mama, oke?"
"oke deh" Tiara mengangkat bahu.
***
kicauan burung mulai bernyanyi pagi itu. matahari mulai menunjukkan cahayanya, meskipun belum tepat diatas bumi matahari itu sudah membuat silau mata Raynald. Raynald duduk dikursi roda itu sendirian. ia yang meminta untuk ditinggal sendiri.
apakah ia terlalu berlebihan? apakah gadis itu benar-benar akan menemuinya lagi disini? Raynald menghembuskan nafas pelan. sepertinya ia sudah berharap.
mungkin aja dia udah lupa. paling dia cuma iseng aja ngomong kayak gitu. ga beneran. aduh.. kenapa sekarang aku udah disini nungguin dia? kenapa aku berharap dia muncul? aneh..
dari jangkauan matanya, Raynald melihatnya. gadis itu tersenyum padanya, menghampirinya. Tiara. bersama dnegan kakak laki-lakinya di belakangnya.
"haiii! pagi Raynald! wah, kamu udah disini aja, kirain aku yang kepagian. ternyata kamu lebih pagi.. hehehe" sapa Tiara dengan suara riang seperti biasa.
melihat Tiara tersenyum kepadanya, ia tak sadar kalau ia ikut tersenyum kecil.
"haha, muka kamu lucu juga ya kalo senyum. ahaha.. gitu dong.. emang harus banyak banyak senyum!" komentar Tiara setelah melihat wajah Raynald. "banyak di dunia ini yang bisa bikin kita senyum.. atau malah, kita yang harus bikin dunia tersenyum!"
kayak yang lagi kamu lakuin sekarang.. gumam Raynald dalam hati.
"kamu kok jarang ngomong sih?" tanya Tiara tiba-tiba.
"hah? jarang ya?" Raynald bersuara.
"yap. malah kayaknya aku terus yang ngomong.." kata Tiara.
"maaf ya, bikin kamu keliatan kayak orang bego"
"hah? aku gak bilang aku keliatan kayak orang bego"
"kalo begitu, maaf lagi.." Raynald nyengir.
"hahahah, ya.. walaupun aku kena dikerjain, aku seneng ngeliat kamu udah ga kaku lagi" Tiara tersenyum.
Raynald mengangkat alis. "besok kamu pulang ya?" tanya Raynald.
"hm?" Tiara menoleh, "oh, iya, besok aku pulang. kamu udah tau belum kapan kamu dibolehin pulang?"
Raynald menggelengkan kepala.
"kita bisa nggak ya ketemu lagi?" gumam Tiara.
"rumahku di bandung. aku ke jakarta cuma gara-gara penyakitku ini" sahut Raynald.
"kami juga tinggal Bandung. mungkin kita bisa sering ketemu beberapa kali" kini Rangga ikut berbicara.
"maaf kak, aku Raynald.." Raynald mengulurkan tangan ke arah Rangga.
"wah... jahatnya... kakakku dibales uluran tangannya, aku dibiarin ngegantung di udara.." Tiara memberenggut.
"hahah, sori.." kata Raynald.
"aku Rangga" Rangga tersenyum.
Rangga dan Raynald mulai mengobrol, melupakan seorang gadis diantara mereka.
"hellooo? aku kayak nontonin orang pacaran, dan jadi kambing congek disini" kata Tiara.
"hahaha.."
***
"hei, kalian berdua dari mana aja sayang?" Mama Rangga bangkit dari duduknya setelah Rangga dan Tiara memasuki ruang rawat Tiara.
"kita abis dari taman RS doang kok ma.." jawab Rangga.
"kok lama? kalian ngapain aja?" tanya mamanya lagi.
"kita ngobrol sama temen baru kita.. anaknya seru deh ma. yaa walaupun awalnya dia diem banget.." Tiara yang berceloteh.
"oh ya? siapa namanya?" tanya Mama.
"Raynald" jawab Tiara riang.
"dia pasien disini?"
"iyap. katanya dia sakit tumor otak." kata Tiara.
"tumor otak?" ulang Mama.
***
Tiara duduk merosot di kursi taman. memerhatikan selembar kertas yang dari tadi belum di bukanya. Rangga merangkul pundak adiknya, menenangkan. Tiara merasakan air mata terjatuh, namun langsung ia hapus dengan gerakan cepat.
"jangan nangis lagi dong..."
"aku nggak nangis kak.." sela Tiara.
"tau nggak? kamu itu pembohong yang payah. kamu nggak bisa nyembunyiin dari kakak"
Tiara tidak menjawab dan tetap menunduk.
"kenapa nggak dibuka suratnya?" Rangga menunjuk kertas ditangan Tiara.
Tiara bergeming. ia masih tidak percaya akan kehilangan teman baru dengan begitu cepat. perpisahan yang ada karena salah satu pergi dengan kematiannya. Raynald meninggal tadi siang.
Tiara kembali ke beberapa menit yang lalu. beberapa menit yang ia masih dengan ceria akan menemui Raynald lagi di taman,
"kak, kok perasaanku ga enak ya kak" kata Tiara saat ia dan Rangga berjalan di koridor Rumah Sakit.
"nggak enak gimana?" tanya Rangga.
"nggak tau. pokoknya nyesek gimana gitu.."
"hahah, nyesek?" Rangga tersenyum geli.
Tiara memutar bola matanya. disudut koridor, terlihat sebuah ruang rawat terbuka dan terdengar banyak suara isak tangis. Tiara mengerutkan kening, "kak, itu kok pada nangis sih kak?" Tiara menunjuk ruangan tersebut.
"mana kakak tau, kamu mau nyari tau? pasti Raynald udah nungguin kayak tadi pagi" kata Rangga.
"aku pengen liat aja kak, ada apa.."
"hm.. menurut kakak, mungkin aja pasien dikamar itu meninggal, yaa jadi keluarganya nangis semua lah.." tebak Rangga.
"kak, kak, liat deh pasiennya dibawa keluar" Tiara menyikut Rangga saat sebuah tempat tidur beroda keluar dari ruangan dan terlihat seseorang diatasnya.
Rangga dan Tiara memojokkan diri ke sisi koridor, memberi jalan untuk pasien itu. ketika melewati persis dihadapan mereka, Tiara tercekat. Rangga pun kaget.
"hm, apa kamu yang bernama Tiara?" seorang wanita setengah baya menghampiri Tiara dengan mata sembab.
"i.. iya, tante" Tiara tersenyum gugup.
"Raynald menitipkan ini untuk kamu" Ibunya Raynald memberikan secarik kertas kepada Tiara.
Tiara kembali pada waktu sekarang. semuanya terjadi begitu cepat. baru satu hari ia mengenal Raynald. Raynald sudah pergi.
dengan agak ragu, Tiara membuka lipatan kertas itu. air matanya menetes melihat tulisan tangan Raynald. ia membayangkan Raynald yang berusaha menulis surat untuknya.
Terima Kasih. cuma itu yang bisa aku bilang.. dihari-hari terakhirku, kamu malah muncul dengan riangnya, membuatku lupa akan hidupku yang segera berakhir.dasar. bikin janji sembarangan. tiba-tiba bilang akan bertemu lagi esok hari. dan yang lebih parahnya lagi, aku datang terlalu pagi esoknya.apa kamu selalu begitu? selalu menyapa orang meskipun orang itu bergeming. tetap menatap orang itu meskipun orang itu tidak menatapmu? ckckck.. kamu cewek aneh. ehm, maksudku.. unik.sekali lagi, makasih udah bikin aku tersenyum dan mengobrol lagi. sekarang kematianku cukup ada artinya bagiku. kukira aku akan mati tanpa arti. karena selama ini aku hanya menghitung hari untuk kematianku.maaf ya.. karena aku pergi duluan. hehe, pokoknya kamu harus tetep ceria dan tetap unik. CAUSE YOU'RE AMAZING JUST THE WAY YOU ARE. :)Raynald.NB: jangan marah ya
air mata Tiara menitik lagi. ia tersenyum kecil. andai saja ia masih memiliki waktu untuk berteman dengan Raynald. ia pasti bisa lebih tau tentang karakter Raynald sebenarnya. sekarang saja, Raynald itu.. hebat.
Rangga ikut tersenyum samar di samping Tiara. ia ingin mencairkan suasana, "jadi.. Raynald suka sama kamu ya?"
Tiara menoleh.
BERSAMBUNG.
Subscribe to:
Posts (Atom)
22 YEARS OF EXISTENCE + a throwback
I always thought the age 22 is very mature, like you've experienced so much in life, you'll be wiser with your adulting stuff, but...
-
EASY? NO. IT WOULD NEVER BE.
-
huahaha, bingung ye maksud tuh judul diatas apa? wkwk. sini tak jelasin #plak jadi, kan Aku, Via, Adit, Ryan, Alva, waktu itu pengen nonto...
-
hai hai assalamu'alaikum! *tumben pake assalamualaikum* di posting ini, aku mau kenalin temen-temen aku di SMP BM. yaitu akhwat angkata...